Ads Top

 realm reborn

Free to play, kata yang satu ini memang tengah menjadi tren tersendiri di industri game. Alih-alih menuntut Anda untuk membeli sebuah game, developer kini gencar membangun popularitas dengan menyediakan game karya mereka untuk dijajal secara cuma-cuma. Tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, gamer berhak menikmati serangkaian konten yang ditawarkan, namun terkadang tetap dengan batasan tertentu. Sementara di sisi yang lain, developer mendapatkan keuntungan lewat popularitas dari akses game yang lebih mudah, sekaligus sistem microtransactions yang dirancang semenarik mungkin. Dari semua genre yang ada, MMO boleh terbilang sebagai salah satu yang seringkali mengusung mekanisme yang satu ini. Walaupun demikian, tidak sedikit pula yang tetap bertahan dengan cara “lawas” untuk bertahan, seperti yang dilakukan Square Enix dengan Final Fantasy XIV: A Realm Reborn.

Berujung blunder yang mematikan di awal rilisnya, komitmen Square Enix untuk menghidupkan kembali Final Fantasy XIV memang tidak main-main. Tidak hanya sekedar melakukan permak, mereka menarik game ini dari pasaran dan membangunnya dari awal. Merancang ulang sistem permainan, membangun kembali kualitas visual yang lebih pantas dengan perkembangan zaman, serta merombak konten yang ditawarkan, Final Fantasy XIV dilahirkan kembali menjadi “A Realm Reborn”. Berbeda dengan sebagian besar game MMO yang akhirnya jatuh pada format free to play, FF XIV ARR tetap ditawarkan sebagai game MMORPG dengan sistem bayar bulanan. Anda membutuhkan dana ekstra sekitar USD 15/bulan untuk dapat terus menikmati game yang satu ini.

Sudah dirilis sejak Agustus 2013 yang lalu di PC, FF XIV ARR akhirnya tiba di Playstation 4 bulan lalu. Kualitas visual yang hampir setara dengan kontrol yang dimaksimalkan untuk DualShock 4 menjadi keunggulan. Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah punya sedikit gambaran akan apa yang ia tawarkan, dari sekedar aspek visual hingga sekedar bayangan sistem gameplay MMO seperti apa yang membuatnya tampil unik.

Lantas, apa yang sebenarnya diusung oleh Final Fantasy XIV: A Realm Reborn ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah game MMO yang pantas untuk mengusung sistem langganan bulanan? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Plot

Lima tahun setelah event terakhir di FF XIV, Realm Reborn berperan sebagai sebuah sekuel langsung.
Lima tahun setelah event terakhir di FF XIV, Realm Reborn berperan sebagai sebuah sekuel langsung.

Terlepas dari fakta bahwa ia adalah sebuah proyek rombak ulang untuk si seri original yang secara konsisten mendapatkan kritik pedas, Square Enix memuat A Realm Reborn sebagai sebuah seri sekuel langsung. Setelah event terakhir di Final Fantasy XIV, Bahamut – sang primal berhasil keluar dari kurungan yang selama ini membelenggunya, mmlemparkan serangan yang akhirnya menghancurkan sebagian besar dari Eorzea – dunia utama dari FF XIV itu sendiri. Lima tahun setelah event yang disebut sebagai “Seventh Umbral Era” tersebut, Eorzea kembali berbenah.

Sisa-sisa kehidupan yang tersebar di tiga wilayah utama Eorzea –  Gridania, Limsa Lominsa, dan Ul’dah berusaha menemukan hidup mereka kembali setelah event mematikan tersebut. DI tengah gempuran kerajaan dari Utara – Garlean yang memang mengusung persenjataan super canggih, ketiga benua ini mulai membangun kekuatan untuk memastikan diri dapat terus bertahan hidup. Di atas perjuangan tersebut lah, karakter utama Anda hadir. Muncul sebagai seorang pengembara misterius yang terus-menerus terlibat dalam beragam event penting, Anda perlahan namun pasti, mulai menemukan jati diri di balik identitas Anda yang sebenarnya.

Berusaha bangkit kembali setelah bangkitnya Bahamut di akhir FF XIV, Anda akan berhadapan dengan Eorza yang tengah menata diri di tiga kontinen besarnya.

Hanya sekedar datang mengembara, lewat jalinan cerita yang ada, karakter utama menemukan takdir yang lebih besar.
Hanya sekedar datang mengembara, lewat jalinan cerita yang ada, karakter utama menemukan takdir yang lebih besar.
Di sisi yang lain, Eorza secara konsisten masih mendapatkan ancaman dari kerajaan Utara - Garlean, yang secara teknologi memang lebih mematikan.
Di sisi yang lain, Eorzea secara konsisten masih mendapatkan ancaman dari kerajaan Utara – Garlean, yang secara teknologi memang lebih mematikan.

Bergerak dari satu benua ke benua lainnya, dengan serangkaian quest utama dan sampingan yang ditawarkan, plot FF XIV: ARR berjalan dalam satu garis cerita yang harus diakui, dibangun dengan baik. Tak ubahnya sebuah game JRPG single player, Anda akan terlibat dalam jalinan cerita yang dibangun dengan runtut yang pantas untuk diacungi jempol, dengan ekstra voice acts dan desain karakter krusial yang juga tidak kalah menarik.

Lantas, siapa sebenarnya karakter utama yang tengah Anda gunakan? Takdir seperti apa yang tengah menantinya? Mampukah Eorzea bertahan dari semua konflik yang menyelimutinya? Semua pertanyaan ini akan bisa Anda jawab dengan memainkan FF XIV: ARR ini.

No comments:

Powered by Blogger.